Musik & Ibadah Kristen - Part III

Kembali pada topik kita. Lalu, bagaimana seharusnya ibadah yang sesuai dengan kebenaran? Kita baca di dalam Mazmur 96:8-9 “Berilah kepada TUHAN kemuliaan nama-Nya, bawalah persembahan dan masuklah ke pelataran-Nya! Sujudlah menyembah kepada TUHAN dengan berhiaskan kekudusan, gemetarlah di hadapan-Nya, hai segenap bumi!”

Penyembahan harus dengan kesucian dan kekudusan hati dan pikiran dalam menyembah Tuhan. Semua yang dipergunakan dalam ibadah dan penyembahan harus disucikan. Ketika kita melihat kembali di dalam Perjanjian Lama, di saat mempersembahkan korban bakaran, Tuhan memberikan banyak sekali persyaratan untuk persembahan yang mereka berikan. Domba sembelihan yang dipersembahkan oleh orang Israel pun diberi persyaratan oleh Tuhan, tidak boleh ada cacat cela, harus sangat sempurna. Mungkin Anda mengatakan, “Bukankah yang Tuhan lihat itu hati kita? Mengapa harus mempermasalahkan domba itu sempurna atau tidak? Mengapa Tuhan begitu pemilih?” Kita paling tidak suka membaca Kitab Bilangan karena di dalamnya banyak sekali persyaratan-persyaratan ukuran untuk Kemah Suci. Kita mungkin seringkali melewatkan bagian ini setiap kali membacanya, bagi kita ini tidak ada pengaruhnya dalam hidup kita. Namun, Tuhan sangat mempermasalahkan hal ini. Mengapa? Karena hanya bangsa Israel satu-satunya bangsa yang menyembah Allah yang benar, Allah yang Esa. Bangsa-bangsa kafir menyembah banyak dewa-dewa dan berhala-berhala. Tuhan sangat mempedulikan kemuliaan-Nya. Orang kafir pun tahu mempersembahkan yang terbaik untuk dewa mereka, bahkan mereka rela mempersembahkan anak sendiri sebagai korban karena mereka sangat takut persembahan mereka tidak diterima oleh dewa sehingga dewa akan marah dan menurunkan malapetaka. Mereka akan berpikir bahwa orang Israel terus mengatakan Allah yang mereka sembah adalah Allah yang hidup, lalu apa yang orang Israel persembahkan pada Tuhan mereka?

Tidak mungkin kita membawa barang-barang bekas untuk menyembah Tuhan. Tuhan sangat mencintai kemuliaan-Nya sehingga Dia memberikan perincian mengenai persembahan yang harus diberikan oleh orang Israel, tidak boleh ada cacat cela. Kalimat terakhir dari ayat tadi ialah “…gemetarlah di hadapan-Nya, hai segenap bumi!” Gemetar di sini menunjukkan tindakan ketakutan hingga gemetar. Kapan terakhir kalinya Anda merasa ketakutan hingga gemetaran? Apakah di gereja? Yang ada di dalam gereja sekarang ini hanyalah kasih dan persekutuan, namun ayat ini mengatakan ketika kita menyembah, segenap bumi harus gemetar di hadapan Allah. Terakhir kalinya saya hampir merasa gemetar ialah ketika menyaksikan peristiwa tsunami di Jepang. Waktu itu yang ada di dalam pikiran saya ialah mungkin suatu saat tsunami ini juga akan menimpa saya. Banyak sekali orang yang menyaksikan peristiwa tsunami ini pun merasa tercengang. Bagi kita yang hidup di abad 21 di mana kemajuan teknologi sudah begitu pesat, ketika menghadapi bencana alam juga tidak mampu berbuat apa-apa, manusia terlalu lemah, manusia terlalu kecil dan tidak berdaya.

Gereja saat ini tidak lagi membawa perasaan “takut akan Tuhan” ke dalam ibadah. Yang ditekankan adalah perasaan “semuanya akan baik-baik saja, tidak ada hal yang terlalu besar yang harus ditakuti”. Kata “takut akan Tuhan” sesungguhnya masih kita temukan di dalam Alkitab, bukan hanya di dalam Perjanjian Lama, melainkan dalam Perjanjian Baru juga muncul sebanyak lebih dari 20 kali. Karl Barth mengatakan “Penghormatan yang kudus dan rasa takut adalah prinsip dasar di dalam penyembahan.” Penyembahan yang sepenuh hati haruslah dibarengi dengan ketaatan dan penundukkan diri di hadapan Tuhan dan taat pada perintah-Nya. Mazmur di atas memperlihatkan pada kita bahwa Tuhan ingin agar kita sujud menyembah kepada TUHAN dengan berhiaskan kekudusan dan gemetar di hadapan-Nya. Banyak sekali gereja saat ini yang menyajikan musik yang menyenangkan, memberikan perasaan nyaman dan rileks, tidak berbeda dengan lagu populer pada umumnya. Ibadah semacam ini diawali dari negara Amerika. Lagu penginjilan di Amerika, kalau kata-katanya dihilangkan, irama dan melodinya sama persis dengan lagu populer pada umumnya. Lagu-lagu seperti ini bertujuan membuat kita merasa nyaman, menghilangkan pemikiran bahwa Allah itu sangat menggentarkan, namun ini bukanlah apa yang dikatakan oleh Alkitab.

Musik populer sendiri pada dasarnya memberikan kesenangan. Kalau demikian, apakah kita tidak diperbolehkan merasa senang? Bolehkah kita bermain-main? Tentu saja boleh. Bersenang-senang pastilah berfokus pada diri kita sendiri. Adakah yang mengatakan, “O, Tuhan, aku mengasihi-Mu. Aku bersenang-senang demi nama-Mu”? Tidak mungkin! Kita bersenang-senang demi keegoisan diri pribadi. Di saat kita memilih musik penyembahan dan memuji Tuhan, seringkali kita memilih jenis musik yang kita sukai dan yang membuat diri merasa senang dan nyaman, bahkan yang dapat menonjolkan kebolehan diri kita. Alangkah baiknya ketika memilih musik penyembahan kita menghindari sebisanya jenis musik yang membawa perasaan bersenang-senang, contohnya beberapa jenis musik yang kita dengar tadi, agar tidak terjebak dalam perasaan memuaskan keinginan pribadi dan akhirnya tidak berkonsentrasi mendengarkan Firman.

(Pembicara menunjukkan foto kartun The Simpsons). Apa yang Anda lihat? Keluarga The Simpsons. Ini adalah sebuah kartu natal. Ada ayah Simpsons yang berperan menjadi Yusuf. Ibunya menjadi Maria. Simpsons memerankan Tuhan Yesus, adik perempuannya sebagai malaikat. Yang paling menonjol dari apa yang Anda lihat adalah The Simpsons, Anda tidak akan tahu ini adalah sebuah kartu natal kalau saya tidak mengatakannya. Kita dapat mengganti Simpsons dengan Hello Kitty atau tokoh kartun lainnya, tetapi akan sangat sulit langsung mengetahui bahwa ini adalah kartu mengenai kelahiran Tuhan Yesus. Di sini juga kita melihat keadaan mengenai “cara menghilangkan konten”. Apabila sebuah lagu kita ganti jenis musiknya, tetapi melodi dan lirik sama, apakah masih akan tetap sama? Inilah perenungan yang kita dapatkan dari kartu ini.

Pertanyaan berikut ini sering dilontarkan, “Musik itu pada dasarnya netral, tidak ada pembagian baik atau buruk.” Benarkah demikian? Apa yang dimaksud dengan netral? Di dalam kamus Taiwan kita melihat pengertian netral adalah “tidak asam dan tidak asin, tidak manis dan tidak pahit, bukan jantan dan bukan betina, bukan yang baik dan bukan yang jahat.” Intinya, yang dimaksud dengan netral ialah apapun bukan. Orang yang mengatakan musik itu netral, tidak ada yang buruk dan yang baik. Yang terpenting kita datang untuk menyembah Tuhan. Statement ini kedengarannya sangat paradoks. Saudara-saudari sekalian, ketika kita berdoa kepada Tuhan, yang kita doakan pasti yang terbaik. Dulunya ada seorang teman kamar saya sebelum menikah, ia berdoa kepada Tuhan meminta jodoh. Ia menyebutkan kriteria-kriteria yang terbaik, dari penampilan, gaji dan lainnya menurut penilaiannya sendiri dan berdoa kepada Tuhan. Seorang hamba Tuhan di Korea bahkan mengajarkan jemaatnya untuk menuliskan apa yang mereka mau minta dari Tuhan di atas kertas beserta kriteria-kriterianya, ketika berdoa kertas dijepit di antara telapak tangan, lalu minta pada Tuhan berdasarkan iman.

Di dalam doa kita, yang kita minta dari Tuhan pasti yang terbaik. Adakah orang yang berdoa pada Tuhan meminta sesuatu yang netral? Tadi kita sudah membaca definisi netral yaitu bukan yang buruk, bukan pula yang baik. Kita manusia pun tahu meminta yang baik dari Tuhan, terus menerus kita doakan karena takut Tuhan lupa, diulang-ulang terus doa yang sama dengan pemikiran ingin membuat Tuhan tidak tahan lalu memberikannya. Kalau anugerah yang Tuhan berikan pada kita itu netral, bukan yang baik, juga bukan yang buruk, apakah Anda mau? Tentu saja tidak. Sama halnya dengan musik. Musik adalah persembahan yang kita berikan di zaman ini. Bersyukur kita tidak hidup di zaman Perjanjian Lama di mana persembahan korban bakaran harus diberikan domba yang tidak bercacat cela. Kita yang hidup di zaman Perjanjian Baru ini memakai pujian sebagai korban persembahan kita. Orang kafir pun saat memberikan korban persembahan mereka memberikan yang terbaik, sehingga saat kita mempersembahan pujian kepada Tuhan, kita tidak boleh mengatakan musik ini tidak ada hubungannya dengan saya, ini hal yang netral. Siapa yang berani berkata pada Tuhan “O, Tuhan aku mengasihi-Mu, tetapi apa yang kupersembahkan kepada-Mu bukan sesuatu yang buruk, juga bukan sesuatu yang baik. Tidak bundar juga tidak persegi. Apapun bukan, tapi inilah yang kupersembahkan kepada-Mu.” Beranikah Anda berkata demikian kepada Tuhan? Tentu tidak berani. Yang mau saya katakan di sini ialah: kita bertanggungjawab penuh atas musik yang kita persembahkan kepada Tuhan.

Saudara sepelayanan yang menyebutkan bahwa musik itu netral, di balik itu mereka tidak ingin mendengar teguran dari kita yang meminta mereka memperbaiki musik mereka, mereka tidak berani mengakui hal ini, sehingga mereka lepas tangan dan mengatakan musik dan saya tidak ada hubungan. Orang Kristen dituntut Tuhan untuk bertanggungjawab. Segala sesuatu yang kita pilih, yang kita lakukan menunjukkan dengan jelas perasaan kita terhadap Dia. Penggunaan istilah netral boleh dipergunakan pada kata. Sebuah kata adalah netral, tapi ketika kata-kata ini dirangkai menjadi sebuah kalimat, sebuah paragraf dan sebuah artikel, dia bukan lagi sesuatu yang netral karena di dalamnya terdapat pemikiran seseorang. Buku musik itu netral, sesuatu yang tidak kita sentuh dan belum kita gunakan boleh dikatakan netral dan tidak ada hubungannya dengan kita. Ketika kita memilih buku musik ini, kita memilih sebuah lagu di dalamnya, dia menjadi ada hubungan dengan kita sehingga dia tidak lagi netral. Sebuah bahan dasar: cat, kuas, kertas yang belum digunakan bersifat netral, tetapi ketika kita mulai menggunakannya dan menghasilkan sebuah karya yang di dalamnya terdapat pemikiran kita, gambar ini tidak lagi boleh disebut netral.

Kembali pada penyembahan. Orang Kristen perlu membentuk sebuah kepribadian dan karakteristik penyembahan. Yang terpenting bukanlah style musik, namun yang perlu dipikirkan ialah penyembahan membentuk karakter seseorang, maksudnya jika Anda terjun ke dalam lingkungan musik seperti apa, lingkungan tersebut akan memimpin dan mempengaruhi seluruh konsep pemikiran Anda. Pemilihan musik bukan pula masalah selera. Banyak orang yang berargumen dengan saya mengenai perbedaan selera musik, ada yang seleranya tinggi ada yang seleranya lebih rendah. Sebenarnya bukan demikian karena cara penyampaian kita seharusnya mendukung isi berita yang ingin disampaikan kepada pendengar, apakah lirik dan musik itu sendiri dapat bersatu. Bunyi suara dan gaya penyampaian dan isi berita yang disampaikan haruslah jujur, bersifat positif dan harus ada satu kesatuan, harus sinkron. Jika penyembahan menyangkut masalah selera, maka orang yang berkuasalah yang akan menang. Apa yang dimaksud dengan orang yang memegang kuasa? Yaitu pemimpin pujian di atas mimbar.

Oleh sebab itu, di dalam memilih jenis musik, kita perlu memikirkan apakah musik yang kita pilih dapat mendukung kualitas Injil itu sendiri, tidak mengecilkan mutu Injil.

Ibrani 12:28 “ Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut. Sebab Allah kita adalah api yang menghanguskan.”

Musik seperti apa yang dapat mendukung ayat Alkitab ini? Tadi kita sudah membahas penyembahan yang dibarengi rasa takut akan Tuhan. Lagu berikut yang akan saya perdengarkan merupakan salah satu bagian dari oratorio Elijah (karya Felix Mendelssohn), di dalamnya diceritakan saat nabi Elia berhadapan dengan 450 nabi-nabi baal yang sedang memohon hujan dari dewa mereka. Di sini mereka sedang mengadakan pertarungan dan pembuktian Allah siapa yang benar. Melalui musik ini kita dapat melihat betapa luar biasanya Allah kita.

(Pembicara memperdengarkan salah satu bagian oratorio Elijah dan sebuah cuplikan KKR di Australia oleh tim musik rock and roll.) Perbedaan apakah yang Anda temukan dari cuplikan lagu kedua dengan konser rock and roll pada umumnya? Tidak ada perbedaan. Menurut penelitian yang diadakan di Amerika, KKR rock and roll mampu menarik paling banyak orang untuk hadir. Setelah Anda membawa mereka ikut dalam KKR semacam ini, bagaimana Anda kemudian memperkenalkan kekristenan yang berbeda dengan dunia ini? Mungkin setelah mereka ditarik masuk ke gereja, diminta percaya Yesus, mereka percaya, tapi kemudian ketika diberitahukan bahwa mengikut Yesus tidak mudah, harus memutuskan hubungan dengan dosa, tidak boleh ini tidak boleh itu, percaya Yesus ternyata tidak asyik kelihatannya sehingga pada akhirnya hanya akan membawa orang-orang tersebut easy come easy go. Tidak akan mudah membuat dia menjalani hidup baru. Tentu saja ada banyak sekali cara yang dapat dipakai untuk menarik orang datang pada Tuhan, tetapi intinya harus menjadikan Firman Tuhan sebagai prinsip tertinggi, bukan memakai cara manusia ‘menolong’ Tuhan. Untuk hal ini banyak sekali perdebatan, karena banyak gereja yang jemaat berkurang, tidak mencari cara untuk menarik orang untuk datang dan cara yang dianggap terbaik yaitu dengan memakai sesuatu yang disukai manusia untuk menarik mereka ke gereja.

Bagi orang Kristen, kegunaan musik yang terbesar adalah membentuk moralitas kita. Mazmur 2:11 mengatakan, “Beribadahlah kepada TUHAN dengan takut dan ciumlah kaki-Nya dengan gemetar” sehingga kita perlu memikirkan apakah setiap kali kita mendengarkan musik, kita memuji Tuhan, kita terus menerus membawa perasaan yang takut akan Tuhan? Seorang teolog Amerika bernama 唐慕華 (Tang Mu Hua) mengatakan bahwa musik rohani kontemporer saat ini dapat berfungsi untuk menjembatani dunia ini dan gereja. Boleh dipakai musik yang mudah yang berfungsi menjembatani karena ada beberapa orang yang merasa lagu-lagu rohani terlalu sulit sehingga digunakan lagu yang lebih ringan dan lebih mudah mereka terima. Namun, yang perlu diperhatikan ialah tidak boleh berhenti terus di atas jembatan ini, namun harus bertumbuh dan berkembang menuju pada kualitas musik yang seharusnya. Salah satu masalah yang mungkin timbul di saat kita menggunakan lagu-lagu yang mudah ialah kita menemukan jenis-jenis lagu yang dipakai saat ini sebagian besar memberikan suasana yang menyenangkan, sebuah perayaan, bisa menyemarakkan suasana ibadah, mudah dinyanyikan, tidak perlu susah payah belajar. Namun, hidup manusia dipenuhi dengan tahap-tahap yang berbeda. Musik yang terlalu mudah atau yang bersifat menghibur sulit menimbulkan perasaan sepenanggungan ataupun di saat mengalami kesusahan, musik-musik seperti ini tidak memberikan kekuatan. Banyak orang non-Kristen yang lebih mengerti apa itu musik sakral dibandingkan orang Kristen. Bagi orang non-Kristen musik sakral adalah sesuatu yang sangat kudus, sangat tinggi dan mampu membuat pendengarnya merasakan perasaan damai dan untuk sementara waktu dapat melupakan masalah-masalah di luar sana. Ketika mereka masuk ke dalam gereja untuk menikmati musik sakral, mereka mungkin akan terkejut karena melihat gereja yang tidak lagi berbeda dengan pub-pub di luar sana.

Asal mula musik sakral juga merupakan asal mula musik Barat, dimulai dari Gregorian chant(lagu pujian Gregorian) lalu berkembang terus. Abad mula-mula memberi pengaruh yang sangat besar, komposer terkenal seperti Bach dan sesudahnya menuliskan banyak sekali musik sakral yang sangat berharga dan juga merupakan aset berharga orang Kristen. Sebuah sekolah SMA pada suatu kali mengadakan persekutuan yang membahas musik-musik Kristiani. Saat itu seorang non-Kristen datang menghadiri. Ketika selesai persekutuan, orang non-Kristen ini mengacungkan tangan dan melemparkan sebuah statement yang mengejutkan pemimpin persekutuan itu. Ia mengatakan, “Musik yang dari tadi diputarkan bukankah itu lagu-lagu populer yang sering diputar di luar sana? Di mana musik-musik sakral orang Kristen?”

Lagu-lagu himne saat ini sudah sangat jarang dinyanyikan di gereja-gereja karena dianggap terlalu sulit dinyanyikan dan beralih untuk menyanyikan lagu-lagu yang mudah. Di gereja-gereja Presbyterian, banyak orang tua yang sudah berusia 80 bahkan ada yang 90 tahun, mereka yang tidak pernah sekolah tetapi setiap kalimat dalam Alkitab dapat ia baca, setiap lagu himne dapat dihafalkan. Saya berkata kepada para muda-mudi, “Orang tua ini tidak pernah sekolah sedangkan kalian adalah mahasiswa-mahasiswi yang mengecap pendidikan lebih banyak dari mereka. Kalian merasa lagu-lagu himne sulit, berarti kalian kalah dari orang tua ini.”

Menurut para psikiater, bahasa yang digunakan mempengaruhi budaya seseorang. Jika kita mengkonsumsi musik rock, kita akan masuk ke dalam budaya musik rock. Jika musik punk yang dipakai untuk menyanyikan lagu rohani, kita juga akan masuk ke dalam budaya mereka. Banyak mendengar musik sakral, Anda juga akan masuk ke dalam budaya musik sakral. Readers’ Digest pernah melalukan penelitian di England, orang yang suka mendengar lagu musikal ternyata memiliki interpersonal relationship yang dapat bertahan lama, jika Anda suka mendengar musik opera, sangat besar kemungkinan memiliki gelar professor. Orang yang suka musik blues umumnya perokok berat. Orang yang suka menari paling suka bertamasya karena suka bermain. Orang yang suka independent music - orang yang menggunakan uang sendiri untuk mengeluarkan album, umumnya orang seperti ini adalah pecinta lingkungan. Terakhir, orang yang menyukai lagu hip hop, sangat besar kemungkinan adalah orang-orang yang pernah dimasukkan ke dalam penjara.

Bahaya musik Kristiani kontemporer ialah jika hanya mengimitasi lagu-lagu populer dan hanya mengganti lirik lagu. Ketika kita mau memakai musik-musik yang mudah dalam ibadah haruslah sangat berhati-hati, jangan terjebak dan dibawa oleh arus musik duniawi, sehingga kita kehilangan tujuan dan isi berita yang hendak kita sampaikan melalui lagu yang dinyanyikan.(AL)

Kembali ke: Musik & Ibadah Kristen - Part I

Kembali ke: Musik & Ibadah Kristen - Part II