Semangat Pentakosta di Hari Kenaikan Yesus

Kisah Para Rasul 1:1-11

Gereja Shouwang, Beijing adalah gereja bawah tanah terbesar di kota Beijing yang telah berdiri dari tahun 1993. Setiap hari minggu, 300 jemaat memenuhi ruangan gedung perkantoran yang disewa oleh pihak Gereja Shouwang. Gereja tersebut berkembang dengan begitu pesatnya. Namun, sejak tahun 2009, pemerintah Beijing turut intervensi dalam perpanjangan kontrak sewa ruangan perkantoran tersebut sehingga sampai hari ini gereja Shouwang “homeless” akibat tidak memperoleh perpanjangan kontrak dan banyak gedung-gedung perkantoran tidak bersedia menyewakan kepada pihak gereja. Keadaan mereka dijepit secara halus seakan-akan gereja dipaksa untuk bubar. Akhirnya, gereja Shouwang tetap mengadakan ibadah “open air”. Namun, pemerintah kembali melakukan intervensi dengan menangkap 100 jemaat gereja Shouwang dan pendeta gereja tersebut, Jin TianMing, ketika mereka hendak merayakan Hari Paskah di bulan April 2011. Berita tersebut menjadi berita hangat di CNN, BBC, Reuters maupun Media Komunikasi Facebook. Tidak heran, Franklin Graham datang ke Beijing untuk memberikan dukungan “religious freedom” terhadap gereja Shouwang, Beijing. Namun amat disayangkan, Franklin Graham tidak langsung memberikan dukungan tersebut di gereja bawah tanah tersebut, melainkan Franklin Graham berkotbah di gereja pemerintah di Chaoyang dan Chong Wen Men. Rupanya “persecution” terhadap Kekristenan di negeri komunis ini belum berakhir. Hawa komunisme belum luntur dari daratan China.

Hari ini, Ketika MRII China merayakan hari Kenaikan Yesus, Penulis mengajak pembaca untuk belajar mendoakan sesama orang-orang Kristen yang tidak dapat merayakan hari Kenaikan-Nya dengan bebas dan hikmad akibat “persecution”. Ada apa dengan Kenaikan Yesus Kristus?

Kenaikan Yesus ke sorga tidak dapat dilepaskan dari Kematian dan Kebangkitan Yesus Kristus. Setelah Yesus disalibkan di atas kayu salib, Yesus menyerahkan nyawa-Nya kepada Allah (Lukas 23:46). Di sini kita dapat meyakini sebuah kebenaran akan kemenangan Kristus bahwa Yesus bukan dibunuh oleh tentara Romawi, ahli-ahli Taurat, manusia berdosa maupun Iblis, namun Ia menyerahkan nyawa-Nya. Singkat cerita, mayat Yesus dikuburkan di dalam kubur yang digali di dalam bukit batu, milik Yusuf dari Arimatea. Di hari ketiga setelah kematian-Nya, Yesus bangkit dari kematian dan disaksikan oleh murid-murid-Nya. Di sini Kebangkitan Yesus Kristus membuktikan bahwa:

1. Dia adalah Tuhan.
2. Dia telah mengalahkan maut.
3. Dia berkuasa mengampuni dosa kita.
4. Dia berkuasa menyelamatkan kita.

Justru karena Yesus adalah Tuhan maka kematian tidak dapat menguasai-Nya. Yesus mati untuk menebus dosa manusia. Tetapi Ia tidak mati untuk selamanya. Ia bangkit kembali di dalam kemenangan sehingga kematian ditertawakan. "Hai maut, dimana sengatmu?" (1 Korintus 15:55). Dengan kebangkitan-Nya nyatalah Tuhan Yesus berkuasa mengampuni dosa kita. Puji Tuhan. Ia berulang-ulang menampakan diri dan berbicara tentang Kerajaan Allah dalam 40 hari. Mengapa Yesus harus berulang-ulang menampakkan diri serta berbicara soal Kerajaan Allah? Bukankah 3 tahun pelayanan Yesus, Ia selalu mengkotbahkan soal Kerajaan Allah? Penulis mempercayai bahwa: Pertama, Ia sedang mempersiapkan murid-murid-Nya untuk berani mendeklarasikan “essence of the gospel” yang Ia beritakan selama 3 tahun Ia melayani. Yesus memberikan “intensive course” untuk memberikan “reminder” kepada murid-murid-Nya soal Kerajaan Allah. Kedua, Ia sedang memberikan sebuah pergumulan spiritual kepada murid-murid-Nya agar mereka dapat menyadari :“Siapakah kami hingga Ia bangkit dan berulang-ulang menampakkan diri? Siapakah kami sehingga Ia memperdengarkan kembali berita Kerajaan Allah? Kenapa kami? Kenapa bukan orang lain?” Ada rencana Tuhan di dalam diri para murid-murid Yesus untuk meneladani Kristus dalam memberitakan Kerajaan-Nya. Ketiga, Ia sedang mempersiapkan setiap murid-murid-Nya untuk menunggu janji Tuhan yang akan digenapi yaitu melalui turun-Nya Roh Kudus yang akan menghibur mereka.

Namun, sungguh mengenaskan! Ketika Yesus hendak naik ke Sorga, murid-murid yang telah mendengar berita Kerajaan Allah dari Yesus kurang lebih 3 tahun plus 40 hari, mereka masih memberikan sebuah pertanyaan “Ya Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?” Padahal mereka telah “di-recharged” oleh Yesus. Kenapa mereka masih sibuk mempertanyakan kerajaan Israel? Apakah mereka tidak “catched” setiap kotbah Yesus? Mereka mungkin telah mendengar kotbah Yesus, tapi sesungguhnya mereka tidak mengerti, apalagi mempraktekkannya, merekapun tidak memiliki ide tersebut. Sebagai pemberita Firman Tuhan, penulis meyakini sebuah prinsip rohani yang “berat” yaitu “Kotbah tanpa pengertian dan praktek merupakan pengkhianatan terhadap karya penyelamatan Yesus Kristus”. Murid-murid telah mendengar “Injil Kerajaan Allah”, namun mereka masih mengorientasikan diri kepada “kerajaan Israel”. Meski demikian, Yesus memberikan jawaban bahwa mereka tidak perlu tahu, karena semuanya itu adalah urusan Bapa, Namun Yesus memfokuskan mereka pada satu hal penting bahwa mereka akan menerima “Kuasa Roh Kudus” yang akan turun di atas mereka dan mereka akan menjadi saksi-Nya dimulai dari Yerusalem, Yudea, Samaria, sampai seluruh muka bumi. Mereka mengalami “Kuasa Roh Kudus”, Roh Kudus bersama-sama di dalam hidup mereka dan Roh Kudus bekerja di sekitar mereka. Inilah transformasi Kristus dalam hidup murid-murid-Nya yaitu di dalam kuasa Roh Kudus. Jadi, apanya yang ditransformasi oleh Kristus di dalam kuasa Roh Kudus? Pertama, fokus mereka ditransformasi, bukan melihat kepada kerajaan Israel, namun mereka memfokuskan diri terhadap Kerajaan Allah. Kedua, ketika Yesus naik ke Sorga, murid-murid-Nya masih sibuk melihat ke langit-langit, lalu ada 2 malaikat yang memberikan sebuah kritik reformatif yaitu “Why are you looking up into heaven?” Bukankah “Injil Kerajaan Allah” telah diberitakan Yesus kepada mereka? Bukankah mereka seharusnya senantiasa berpegang pada “Injil Kerajaan Allah” yang telah Yesus beritakan kepada mereka? Dalam momen Kenaikan Yesus, kita bukan dipanggil untuk melihat Israel masa kini maupun melihat ke awan-awan/ langit. Kita dipanggil untuk percaya, mengerti dan menaati setiap janji Tuhan yang berfokus kepada Kerajaan Allah yang telah turun atas anak-anak-Nya, masuk ke dalam hati anak-anak-Nya, bersama dengan anak-anak-Nya dan hidup mempengaruhi sekitarnya di dalam memberitakan Injil Kerajaan-Nya. Inilah semangat Pentakosta bagi setiap orang percaya. Amin.


In Christ

Daniel Santoso, Beijing.