Ringkasan Khotbah, Jadilah Garam dan Terang Dunia

Pengkotbah: Pdt. Nico Ong
Nats Alkitab: Matius 5:13-16


Ini bagian Firman Tuhan untuk para murid dan pendengar saat itu.Tuhan Yesus telah mengabarkan Ucapan Bahagia dan sekarang Yesus berkata bahwa manusia harus menjadi garam dan terang. Sebelumnya kita sudah membicarakan bahwa Yesus memanggil orang untuk menjadi penjala manusia. Di sini kembali menyampaikan panggilan manusia yaitu untuk menjadi garam dan terang dunia. Ini sebuah wahyu yang mengunakan suatu analogi mengenai apa yang harus dilakukan sebagai orang Kristen, bukan dalam arti harafiah agar kita benar-benar menjadi garam atau terang; tetapi Yesus menggunakan suatu analogi untuk menjelaskan apa yang seharusnya orang Kristen lakukan. Kita sebagai orang Kristen memang dipanggil sebagai penjala manusia, tapi dalam natur kita, kita harus menjadi garam dan terang. Dalam hal ini Yesus menggunakan contoh ini benar-benar unik dan pantas. Di dalam dunia ini tidak boleh tidak ada orang Kristen; sama halnya seperti di dunia ini tidak bisa tidak ada garam dan tidak ada terang. Di sini dikatakan bila garam itu sudah tidak asin dia hanya bisa dibuang saja, rasa garam itu bisa membuat makanan menjadi lebih lezat.

Yesus mengatakan bahwa orang Kristen harus menjadi garam dan garam tidak boleh kehilangan rasa garam itu. Kita renungkan ketika kita sebagai orang Kristen di dunia ini kita seharusnya memiliki rasa yang seperti apa. Ketika Tuhan menciptakan manusia, Allah membuatnya serupa dan segambar dengan rupa Allah, manusia dengan ciptaan yang lain memilki rasa yang berbeda. Kita tidak mungkin melihat ada sekelompok hewan yang bermain piano dan bernyanyi, dan kita tidak mungkin melihat anjing menyisir rambutnya karena hewan tidak memiliki pengajaran terhadap keindahan. Dan kita tidak mungkin melihat ada hewan yang bisa memikirkan matematika atau kebenaran Firman Tuhan karena mereka tidak memiliki rasio atau logika. Kalian juga tahu ada hewan yang sangat lapar sehingga mereka memakan bayi mereka, tetapi manusia tidak mungkin memakan bayi mereka sendiri. Itu karena hewan tidak memiliki konsep kasih yang dimiliki manusia. Kita juga melihat hubungan perkawinan hewan yang tidak memiliki aturan; tapi manusia ada konsep setia pada pasangannya.

Jadi sebagai orang Kristen di dunia, bila kita melepaskan kasih kita atau rasio kita maka kita sama seperti garam yang sudah tidak memiliki rasa lagi, sehingga hanya bisa dibuang saja di jalan dan diinjak-injak orang. Tapi Yesus di sini mengatakan bahwa “kamu adalah garam dunia”. Selain kita berbeda dengan hewan, orang Kristen bisa memancarkan rasa yang berbeda dengan manusia lain. Kita juga sangat familiar dengan buah Roh Kudus yang dicatat dalam Alkitab yaitu kasih, sukacita, damai sejaterah, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah-lembutan dan penguasaan diri. Setiap natur ini bisa dipancarkan oleh setiap orang Kristen. Inilah buah Roh yang membedakan kita dengan orang dunia.

Dengan jelas ketika kita di sekolah ada teman-teman kita yang ingin mendapatkan nilai yang bagus maka mereka menyontek, dan di kantor ketika kita bekerja ada beberapa orang hanya untuk naik jabatan atau untuk mendapatkan perhatian dari bos sehingga mereka berusaha berbohong. Tapi orang Kristen di dalam hal moral memiliki standar yang lebih tinggi, bukan hanya dalam moral saja kita memancarkan rasa yang bebeda tetapi dalam mandat budaya juga. Ketika Allah menciptakan manusia, Ia memberikan kita 2 mandat, yang pertama untuk memelihara dunia dan yang kedua yaitu manusia harus beranak cucu dan memenuhi dunia. Orang non-Kristen juga memelihara bumi dan beranak cucu. Tetapi mereka tidak memiliki standar yang benar. Semua orang Kristen harus memelihara bumi dan beranak cucu hanya untuk kemuliaan Allah. Dan orang Kristen beranak cucu; semua mendidik anak-anak mereka menjadi anak yang takut akan Tuhan agar meneruskan iman yang takut akan Tuhan. Inilah bedanya kita dengan orang non-Kristen.

Hanya ada 1 aroma yang hanya ada pada orang Kristen, yaitu dikatakan bahwa hanya ketika kita mengenal Tuhan baru kita bisa memancarkan aroma yang wangi. Petrus mengatakan : bagi Allah, kita adalah bau harum di tengah-tengah mereka yang diselamatkan dan tidak diselamatkan; keharuman ini hanya ada pada orang Kristen dan tidak mungkin ada pada orang non-Kristen. Yesus mengatakan, “Kalian adalah garam, bila garam sudah tidak asin harus dibuang.” Garam bukan hanya bisa menyedapkan rasa tetapi bisa juga dijadikan pengawet. Jadi orang Kristen di dunia ini juga harus bisa menjadi penyedap. Yang sangat jelas ingin ditekankan Yesus adalah : kalian menjadi garam di dunia ini, tidak boleh menjadi tawar. Kita juga melihat buah-buah roh merupakan suatu standar yang begitu tinggi. Ketika kita di sekolah bukan hanya kita menjadi murid yang tidak menyontek. Di kantor bukan hanya orang yang setia. Di tengah-rengah keluarga bukan hanya jadi orang tua yang baik atau anak yang berbakti saja, tetapi di mana pun kita berada, kita harus menjadi garam yang dikatakan oleh Yesus Kristus. Tidak peduli kita ada di mana, kita tetap harus menjadi saksi bagi Kristus; itu adalah satu-satunya aroma yang membedakan kita dengan orang lain.

Di ayat 16, Tuhan Yesus mengatakan ”supaya mereka melihat perbuatanmu dan memulikan Bapamu di sorga”. Apakah di sini Yesus mementingkan perbuatan? Jawabannya “iya tentu saja”, dikatakan bahwa kita harus memliliki perbuatan yg baik. Di sini arti dari perkataan Yesus ‘supaya mereka melihat perbuatanmu dan memuliakan Bapamu di sorga’ adalah : jika kita menginginkan agar orang lain memuliakan Tuhan dengan perbuatan baik, maka ini saja tidak cukup, karena mereka juga bisa melihat organisasi Budha mengerjakan perbuataan baik untuk memberikan kemuliaan kepada Budha. Dalam Filipi 2:13-16, kita dapat melihat dalam ayat ini bahwa kita harus lebih lagi menjadi terang dunia. Yesus berkata: terangmu harus memancar seperti bintang-bintang di dunia dan kita juga harus memancarkan Firman hidup. Ayat ini merupakan sebuah kunci. Yesus mengatakan dalam hal yang baik agar orang lain bisa memuliakan Bapamu di surga.

Sebelum Yesus disalibkan, Ia berkata pada Petrus: ”sebenarnya ketika kau masih muda kau akan mengikatkan ikat pinggangmu dan berlari ke sana-sini tetapi ketika masa tuamu maka orang lain akan mengikatmu dan membawamu ke tempat yang kau tidak mau”. Yesus di sini memberikan nubuat bagaimana Petrus akan meninggal. Ketika Yesus akan naik ke surga dan murid-murid Yesus mengabarkan Injil ke seluruh dunia, pada saat itu kerajaan yang paling kuat adalah Roma dengan rajanya Nero. Kaisar Nero adalah kaisar yang terkenal kejam dan saat itu dia banyak sekali menganiaya orang Kristen. Zaman seperti itulah rasul-rasul mengabarkan Injil. Mereka mengabarkan Injil dengan taruhan nyawa. Contohnya rasul Petrus; ia merupakan suatu teladan yang baik bagi kita.

Pada zaman ini kita bukan hanya memerlukan perbuatan baik tetapi seperti rasul Petrus yang mengeluarkan aroma yang berbeda dengan orang-orang non-Kristen. Pada akhirnya rasul Petrus pun ditangkap oleh kerajaan Roma, setelah mereka tahu bahwa Petrus adalah murid dari Yesus Kristus sehingga mereka ingin menyalibkan dia. Tetapi petrus tidak mau mati seperti Tuhan yang telah berkorban untuk dia sehingga dia minta untuk disalibkan terbalik. Setiap kali saya membaca Petrus 1 dan 2 ketika kita diharuskan sabar dalam setiap pencobaan, maka saya merasa tidak layak karena saya tidak pernah karena mengabarkan Injil mendapatkan kesulitan.

Rasul Petrus dalam hidupnya benar-benar mengorbankan seluruh hidupnya menjadi garam dan terang di dunia, karena dia tahu bahwa Tuhan Yesus menjadi garam dan terang di dunia dan Dia mengorbankan dirinya disalibkan. Petrus mengerti bahwa Yesus merupakan suatu garam yang paling berasa dan terang yang tidak dapat hilang. Pada bagian ini kita diingatkan kembali bahwa kita harus menjadi garam dan terang dunia, ketika kita membaca ayat ini kita harus kembali merenungkan kembali hidup kita, di mana hidup di dunia ini bukan berdasarkan perbuatan kita yang baik tetapi kita harus menjadi garam dan terang di dunia. Bila kita ingin menjadi garam yang tidak dapat tawar atau terang yang tidak dapat padam kita harus menyerahkan hidup kita bagi Tuhan, jadi kita memiliki teladan-teladan yang banyak bisa kita teladani. Kita menjadi garam dan terang yang bisa membuat setiap orang bisa memuliakan Bapa di Surga.(YP)

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah.)