Perkenalan Buletin RETC, Oleh Pdt. Nico Ong

Apakah meaning RETC sehingga bulletin ini diberi nama demikian?

Welcome to the first edition of RETC (Reformed Evangelical Training Center) Bulletin. Buletin edisi perdana ini diberi nama RETC karena saya (Nico Ong) sudah hampir 11 tahun mengajar mahasiswa dan saya melihat banyak sekali orang hanya mengajar secara teori atau secara konsep teologianya (mengerti secara teoritis). Mahasiswa yang demikian secara akademis akan mendapat nilai yang sangat baik dan menjawab sesuatu dengan jelas sekali. Tetapi sangat disayangkan pembentukannya baik pembentukan karakter maupun semangat juangnya itu justru berlainan dengan apa yang dia pelajari. Saya terbeban menghubungkan keduanya dengan membentuk satu wadah pelatihan yaitu kita harus berani untuk menjalankan apa yang telah kita pelajari.

Dalam arti Training Center ini bukan berarti menjadikan kita orang yang terbaik dari pada organisasi yang lain atau dari tempat lain tetapi kita berani mentraining seseorang itu agar memiliki konsep Teologia Reformed lalu berani mengaplikasikannya sampai boleh menjadi satu teladan bagi orang lain. Misalnya kalau saya tidak berani mengubah konsep waktu yang telah dilakukan oleh anak-anak Indonesia di kota Taipei ini, mereka hanya berpikir cari uang dan cari uang saja, tetapi mereka tidak tahu bagaimana menggunakan waktu mereka dalam pelayanan, dalam belajar maupun bekerja. Mereka hanya memiliki konsep hidup: “hidup hanya untuk bekerja”, mereka jarang memikirkan nilai hidup mereka, nilai identitas mereka apalagi mereka tidak pernah memikirkan keberadaan Tuhan dalam hidup mereka. Sama sekali tidak pernah!

Saya mempunyai beban bagaimana mengubah konsep hidup yang salah, membentuk konsep yang benar kepada mereka, dengan mentraining mereka untuk berani bekerja ataupun sekolah sambil bekerja. Walaupun mereka sesibuk apapun, mereka juga harus mendisiplinkan pribadi mereka untuk ikut dalam belajar Alkitab ataupun mendukung pelayanan gereja. Mereka harus belajar membayar harga untuk hal yang mereka lakukan.

Mula-mula dari 5 orang yang ikut program intensif sampai sekarang ini berkembang menjadi kurang lebih 35 orang. Mengubah konsep hidup mereka ataupun konsep kerja mereka bukanlah hal yang mudah. Sebelum mereka dididik, mereka hanya memiliki pikiran hidup hanya untuk bekerja saja dan tidak ada waktu untuk yang lain. Tetapi sekarang lebih beralih yaitu : belajar dan berani untuk bayar harga untuk melayani Tuhan.

Dan yang kedua kita juga melihat ada anak yang berpotensi untuk melanjutkan sekolah tetapi tidak ada dorongan dari orang-orang sekitarnya, itu tugas kita, konsep Teologia Reformed harus mempengaruhi baik di dalam mandat budaya dan mandat Injil, bagaimana kita harus mempengaruhi mereka sampai memberi mereka semangat, dorongan, memacu mereka untuk belajar. Hal ini merupakan prinsip atau ketetapan di dalam gerakan Reformed Injili di Taiwan. Jadi setiap anak didik saya, boleh sekolah sambil bekerja tetapi bagaimanapun di antara sekolah dan bekerja jangan melalaikan tugas dan amanat agung Tuhan untuk memuliakan Tuhan. Dengan adanya training ini, pelatihan bukan hanya secara akademis atau secara kognitif saja tetapi adanya pelaksanaan dari apa yang sudah kita pelajari, maka saya memakai Reformed Evangelical Training Center sebagai pusat pembentukan, penggodokan, pusat di mana anak Indonesia berkumpul dididik, diajar dan dibina di dalam Tuhan bagaimana kita hidup berbuah atau mendorong orang lain agar lebih baik.