Judul Terjemahan : Kemuliaan Kristus
Pengarang : John Owen
Penerjemah : Hendry Ongkowijoyo
Penerbit : Momentum
Tahun Terbit : 1998
Tebal : 105 halaman
Frasa ‘kemuliaan Tuhan’ memang tidak asing bagi telinga kita karena
sering terlontar dari mulut orang-orang Kristen. Hal tersebut boleh jadi merupakan dasar
alasan bagi pengabdian pelayanan mereka maupun alasan pendorong bagi pencapaian
prestasi mereka. Entahkah dengan pengertian yang memadai kita mengatakan,” Segala sesuatu yang
kulakukan ini ialah bagi kemuliaan nama Tuhan saja” atau ucapan tersebut hanya
sebagai hiasan bibir belaka, namun John Owen memberikan ukuran yang pasti bagi
kondisi rohani kita sehubungan dengan pemahaman akan kemuliaan Allah. Ia
menegaskan dalam buku terakhir yang ditulisnya sebelum kematiannya ini, bahwa
yang menandakan iman sejati dengan yang palsu ialah jumlah waktu dan usaha yang
mereka habiskan untuk merenungkan dan memahami maknanya. Di sinilah John Owen
akan membantu para pembaca untuk memperoleh pemahaman yang objektif, kritis,
dan yang terpenting alkitabiah, akan wujud dari kemuliaan Kristus.
Tidak dapat disangkal, kesulitan untuk menggambarkan dan
menyimpulkan makna yang akurat dari kemuliaan Kristus, membuat banyak orang
sering melontarkan frasa tersebut dalam percakapannya untuk menimbulkan dampak
rohani bagi para pendengarnya tanpa membuat langkah lanjutan untuk
memikirkannya dan mencari relevansinya dengan realitas hidup kekristenan yang
diperkenan Allah. Sebagian mungkin membayangkan kemuliaan tersebut dengan
mengerahkan imajinasi mereka dan menuangkannya dalam bentuk lukisan dari rupa
fisik-Nya, baik dalam penderitaan maupun dalam rupa kemuliaan-Nya. Namun segala
usaha ini dicela oleh John Owen sebagai kebodohan karena tidaklah mungkin
pikiran manusia dapat menampung dan ‘melihat’ kemuliaan yang tiada taranya itu.
Selain itu, apakah yang dapat dikerjakan oleh pengetahuan yang hanya timbul
dari apa yang dilihatnya secara kasat mata (realitas fisik) bagi pertumbuhan
rohani dan pengharapan orang-orang percaya akan hidup kekal? Bukankah Alkitab juga berulang kali
mengingatkan pembacanya bahwa realitas fisik dan realita rohani sama sekali bertentangan?
Dalam tulisannya, John Owen tidak dengan terburu-buru langsung
mendefinisikan apakah yang dimaksudkannya dengan kemuliaan Kristus. Ia membawa
para pembaca untuk berhati-hati dan secara bertahap memaknai kemuliaan yang
agung ini. Tidak ada cara cepat yang akan disarankan untuk menghargai karya
tulis sang Pangeran kaum Puritan ini, demikian ia digelari, terlebih mengingat
superioritas topik bahasannya jauh melampaui kecemerlangan karakter penulisnya.
Mengunyah secara perlahan tanpa menahan selera untuk melahap seluruh porsi yang
ditawarkan buku ini, merupakan cara yang pantas untuk memperoleh keuntungan
maksimum bagi jiwa yang merindukan pengertian.
Kemuliaan Kristus yang dijabarkan oleh Owen jauh lebih luas
cakupannya daripada yang pernah kita pikirkan sebelumnya. Hasrat Allah begitu
kuat untuk memperlihatkan kemuliaan-Nya kepada manusia berdosa untuk meyakinkan
mereka dan membuat mereka percaya kepada-Nya ketika mereka memandang kemuliaan
itu. Ia ingin kaum yang percaya ini kelak akan dapat berada di tempat di mana
Ia berada. Dan inilah skema terajaib dari hasrat Allah yang penuh kasih dan tak
terbendung: Ia memberikan kepenuhan kemuliaan-Nya kepada putra-Nya agar dapat
disaksikan oleh mata telanjang umat ciptaan-Nya, agar mereka percaya dan diselamatkan.
Allah yang tidak terlihat menjadi Allah yang benar-benar nyata, di dalam
Kristus. Sekarang manusia dapat mendengar sendiri Allah berbicara langsung
tanpa dihinggapi ketakutan seperti yang dialami orang Israel di kaki gunung
Sinai. Mereka bertatap muka dengan Allah tanpa harus mati. Kemuliaan-Nya
diperlihatkan kepada manusia melalui kebenaran ucapan-Nya yang mengherankan,
keajaiban perbuatan-Nya, kenyataan yang mencengangkan bahwa Ia adalah Allah
sekaligus manusia, dan melalui peran-Nya sebagai pengantara antara Allah dan
manusia. Dan segala susah payah ini, dikerjakan oleh Kristus untuk meyakinkan
mereka yang memandang-Nya agar mengerti dan percaya akan kasih Allah yang
begitu besar.
Sekalipun Kristus demikian nyata bagi mata yang melihat-Nya,
kebutaan total manusia oleh dosa, gagal memandang kemuliaan itu. Hanya mereka,
yang percaya pada pengakuan-Nya bahwa Ia adalah Anak Allah dan bahwa Ia diutus
untuk menyelamatkan mereka, dapat melihat kemuliaan itu. Dengan kata lain,
imanlah yang menjadi mata rohani yang dapat memandang kemuliaan Kristus. Dan
iman yang telah memandang ‘sedikit’ kemuliaan inilah, menurut istilah John
Owen, yang membangkitkan harapan orang percaya untuk suatu hari kelak dapat melihat keutuhan kemuliaan sang
Anak Domba yang tiada taranya. Iman yang belum pernah melihat dan mengenali
kemuliaan Kristus tidak dapat membayangkan keindahan dan kebaikan janji Allah;
yaitu bahwa orang percaya akan melihat Allah dan Ia akan berdiam bersama mereka
selamanya. Orang percaya, karena imannya, tidak dapat lagi memalingkan
pandangannya dari kemuliaan Kristus yang mengagumkan. Mereka senantiasa dibuat
terheran-heran dan termenung manakala memikirkan firman Allah yang
menggambarkan kemuliaan Kristus. Kenikmatan mereka ialah menenggelamkan diri
dalam kesadaran akan kemuliaan Kristus. Sebaliknya, iman yang palsu tidak
mengacuhkan kemuliaan Kristus yang nampak di depan mata mereka. Pandangan
mereka dihalangi oleh pengejaran hal-hal duniawi dan mereka disibukkan oleh hal-hal
sepele. Mereka jelas-jelas tidak terlampau kagum dengan cahaya kemuliaan-Nya.
Sebagaimana John Owen telah menegaskan sebelumnya, bahwa berharga tidaknya
kemuliaan itu bagi sebagian orang pada akhirnya akan menentukan ketahanan dan
keaslian iman mereka.
Mengingat akan ketulusan tujuan sang penulis untuk mengusung
setinggi-tingginya kemuliaan Sang Majikan Agung yang dikasihinya, buku ini
layak dibaca oleh mereka yang berhasrat memandang kemuliaan Kristus dan
memahaminya. Kiranya pembaca dapat merasakan kegemaran yang memuaskan seperti
juga yang diakui oleh sang penulis maestro Puritan ini,”Perihal memandang
kemuliaan Kristus merupakan salah satu pengalaman dan hak istimewa terbesar
yang mungkin dimiliki di dunia ini maupun di dunia yang akan datang.” Soli Deo
Gloria. (MS)
sumber foto: http://www.momentum.or.id/index.php/mod_detil/10400053/id/
sumber foto: http://www.momentum.or.id/index.php/mod_detil/10400053/id/