Pengkotbah | : Ev. David Tong |
Nats Alkitab | : Lukas 7:1-10 |
Tanggal & Waktu | : 25 November 2012, pk 10.40 |
Beberapa tahun yang lalu, statistik di internet menyatakan bahwa dari sekitar 300 juta penduduk di Amerika, ada 4 milyar kartu Natal yang dikirimkan. Natal dirayakan oleh berbagai kalangan, baik ateis maupun orang-orang non-Kristen, tapi berapa banyak di antar mereka yang mengenal siapakah Kristus yang dirayakan dalam Natal? Bahkan juga tidak sedikit orang Kristen yang belum mengenal siapakah Kristus sesungguhnya. Mari dalam masa menjelang Natal ini kita memikirkan siapakah Kristus yang datang dalam kerendahan-Nya ke dalam dunia.
Lukas pasal 7 adalah bagian
yang menarik, karena menjawab pertanyaan orang-orang mengenai siapakah Yesus. Dalam
Lukas 7:11-17 ketika Tuhan Yesus membangkitkan anak muda di Nain, orang-orang
hanya mempersamakan Yesus dengan nabi besar. Dalam perikop selanjutnya, bahkan
Yohanes Pembaptis, orang yang dilahirkan untuk mempersiapkan jalan bagi Tuhan
Yesus, juga mempertanyakan apakah Yesus adalah Mesias yang akan datang itu.
Selanjutnya dalam Lukas 7:36 dan seterusnya, ada perempuan yang membasahi kaki
Tuhan Yesus dengan airmatanya dan kemudia menyekanya dengan rambutnya; ia
merendahkan dirinya sedemikian rupa karena itu adalah pekerjaan seorang budak.
Lalu Tuhan Yesus berkata kepada perempuan itu bahwa dosanya telah diampuni. Di
ayat 49, mereka yang makan bersama-sama dengan Tuhan Yesus kemudian bertanya-tanya
siapakah Dia ini (sehingga Ia dapat mengampuni dosa) – inilah tema dari Lukas
pasal 7. Perhatikan bahwa orang-orang Israel tidak mengenal siapakah Yesus,
tetapi dalam Lukas 7:1-10 ada seorang bukan Israel yang kenal benar siapa Yesus
itu.
Matius
8:5-13
|
Lukas
7:1-10
|
|
5Ketika Yesus masuk ke Kapernaum,
datanglah seorang perwira mendapatkan Dia dan memohon kepada-Nya: 6"Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita." 7Yesus berkata kepadanya: "Aku akan datang menyembuhkannya." 8Tetapi jawab perwira itu kepada-Nya: "Tuan, aku tidak layakmenerima Tuan di dalam rumahku,
katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. 9Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu:
Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya." 10Setelah Yesus mendengar hal itu, heranlah Ia dan berkata kepada mereka yang mengikuti-Nya:
"Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorangpun di antara orang Israel. 11Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan datang dari Timur danBarat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga, 12sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalamkegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi." 13Lalu Yesus berkata kepada perwira itu: "Pulanglah dan jadilah kepadamu seperti yang engkau percaya." Maka pada saat itu juga sembuhlah hambanya.
|
1Setelah Yesus selesai berbicara di depan orang banyak, masuklah Ia ke Kapernaum. 2Di situ ada seorang
perwira yang mempunyai seorang hamba, yang sangat dihargainya. Hamba itu
sedang sakit keras dan hampir mati. 3Ketika
perwira itu mendengar tentang Yesus, ia menyuruh beberapa orang tua-tua
Yahudi kepada-Nya untuk meminta, supaya Ia datang dan menyembuhkan hambanya. 4Mereka datang kepada
Yesus dan dengan sangat mereka meminta pertolongan-Nya, katanya: "Ia
layak Engkau tolong, 5sebab
ia mengasihi bangsa kita dan dialah yang menanggung pembangunan rumah ibadat
kami." 6Lalu Yesus pergi
bersama-sama dengan mereka. Ketika Ia tidak jauh lagi dari rumah perwira itu,
perwira itu menyuruh sahabat-sahabatnya untuk mengatakan kepada-Nya:
"Tuan, janganlah bersusah-susah, sebab aku tidak layak menerima Tuan di
dalam rumahku; 7sebab
itu aku juga menganggap diriku tidak layak untuk datang kepada-Mu. Tetapi
katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. 8Sebab aku sendiri
seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada
salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi:
Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia
mengerjakannya." 9Setelah
Yesus mendengar perkataan itu, Ia heran akan dia, dan sambil berpaling kepada
orang banyak yang mengikuti Dia, Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun di
antara orang Israel!" 10Dan
setelah orang-orang yang disuruh itu kembali ke rumah, didapatinyalah hamba
itu telah sehat kembali.
|
Kita
melihat ada banyak paralel yang lain antara Injil Matius & Injil Lukas,
tetapi ada beberapa mujizat yang urutan penulisannya berbeda, antara sebelum
dan setelah Khotbah Di Bukit. Apakah berarti Alkitab keliru? Kita harus
mengerti bahwa pada jaman itu, tidak ada tuntutan untuk menceritakan sesuatu
secara kronologis. Tujuan dari pencatatan mujizat-mujizat Tuhan Yesus dalam
Injil Matius adalah untuk menunjukkan bahwa Dia memiliki kuasa atas semua perkataan-Nya
dan juga semua tindakan-Nya; Dialah Mesias, Anak Allah (tetapi orang-orang pada
masa itu salah mengerti siapakah Yesus).
Kita
dapat melihat Matius 8 ditulis sedikit lebih panjang daripada Lukas 7. Perkataan
Tuhan Yesus dalam Matius 8:11-12 tidak dicatat dalam Lukas 7. Lalu, Lukas 7
menuliskan perwira tersebut tidak pernah langsung tatap muka dengan Yesus; ia
hanya memakai perantara (para tua-tua Yahudi & sahabat-sahabatnya) untuk menyampaikan
perkataannya kepada Tuhan Yesus. Sedangkan Matius tidak menuliskan ada
perantara; perwira itu langsung bertemu dengan Tuhan Yesus.
Ada
beberapa cara penjelasan tentang kontradiksi yang terjadi ini. Yang pertama ada
yang mengatakan bahwa ini adalah dua cerita yang sama sekali berbeda. Tapi hal
ini tidak mungkin sekali karena apa yang perwira itu katakan dan yang Tuhan
Yesus katakan itu sama. Jadi kita menolak cara penjelasan ini. Keduanya
mencatat peristiwa yang sama.
Golden
Huge memiliki penjelasan yang lain yaitu ini adalah satu cerita yang sama
tetapi dalam cerita tersebut ada beberapa tahap : yaitu yang pertama, dalam Lukas 7 perwira
tersebut mengirimkan tua-tua orang Yahudi dan sahabat-sahabatnya untuk
memberitahu pada Tuhan Yesus bahwa Dia tidak perlu datang ke rumahnya. Tetapi
karena Yesus tetap ingin datang ke rumah perwira tersebut maka perwira tersebut
datang sendiri menghadap Yesus seperti apa yang ditulis dalam Matius 8. Menurut
Golden Huge, memang ada kesulitannya : dalam Lukas 7:6 mencantumkan alasannya
mengapa si perwira tidak mau Tuhan Yesus datang ke rumahnya, yaitu ia merasa
tidak layak, tetapi kemungkinan si perwira itu bukan sama sekali tidak mau
Tuhan Yesus datang ke rumahnya. Mula-mulanya ia sungkan, tetapi akhirnya dia
berubah pikiran dan datang menemui Tuhan Yesus. Jadi, bagian-bagian Alkitab
yang kelihatannya kontradiktif itu sebetulnya bisa diharmoniskan. Bapak gereja
Augustinus mengatakan bahwa firman Tuhan itu dari Tuhan, jadi tidak mungkin
kontradiksi. Penjelasan lainnya dari Augustine yang juga diterima oleh John
Calvin adalah bahwa representatives are
deemed identical with the one who send them. Perwakilan itu bertindak untuk
dan atas nama yang diwakilkan, dan oleh si penerimanya dianggap sama dengan yang
diwakilkan (bandingkan dengan Galatia 4:14). Lihat juga Matius 27:26 & Markus 15:15 yang mencatat bahwa yang menyesah dan menyalibkan Tuhan Yesus
adalah Pilatus. Tetapi tidak mungkin Pilatus memegang cambuk dan palu; dia
hanya memberikan perintah, yang melakukan adalah para serdadu yang
diperintahkannya. Demikian juga, Matius 8 tidak mencatat mengenai perantara
yang diutus si perwira, karena perkataan si perantara itu dianggap sama dengan
perkataan dari si perwira itu sendiri.
Pertanyaannya adalah : mengapa harus memiliki perbedaan ini? Ada 3 alasan :
1. Karena keduanya menceritakan hal yang
tidak salah. Karena keduanya benar jadi mereka tidak ada salahnya untuk
menceritakan dari perspektif yang berbeda.
2. Karena manusia diciptakan berbeda jadi
manusia bisa menceritakan melalui perspektif yang berbeda. Doktrin itu sangat penting
dan ada hubungannya dalam kehidupan kita sehari-hari, contohnya Doktrin Allah Tritunggal
itu ada signifikansinya. Di dalam Allah Tritunggal ada 3 pribadi tapi satu ensensi (bukan sepenuhnya monoteis
yang satu pribadi satu esensi, juga bukan sepenuhnya politeis yang banyak
pribadi banyak esensi). Ada unity in
diversity. Maka kita sebagai ciptaan Allah Tritunggal juga memiliki perbedaan termasuk
perbedaan perspektif dalam memandang satu hal (unity in diversity).
3. Karena penulis Alkitab ingin
meceritakan dari penekanan yang berbeda. Matius menuliskan kitab Matius untuk
orang-orang Yahudi sedangkan Lukas menuliskan kitab Lukas untuk orang-orang
non-Yahudi. Maka dalam Matius 8 ada tambahan di ayat ke-11 : bahwa keselamatan
sekarang dicangkokkan kepada orang-orang non-Yahudi dan orang-orang Yahudi akan
ditolak karena meninggalkan Tuhan. Itu sebabnya Matius 8 mencatat percakapan
langsung si perwira (yang adalah orang non-Yahudi) dengan Tuhan Yesus; ada
perjumpaan langsung (encounter)
antara orang non-Yahudi dengan Tuhan Yesus. Sedangkan Lukas menuliskan kepada
orang-orang non-Yahudi bahwa ‘keselamatan (yang tadinya diberikan kepada
orang-orang Yahudi), akan datang kepadamu’; engkau tidak selayaknya menerima
keselamatan ini, maka datanglah kepada Tuhan Yesus dengan perasaan tidak layak
(kerendahan hati) itu. Jadi Matius & Lukas dua-duanya benar, hanya
menekankan hal yang berbeda.
Coba
lihat lagi Lukas pasal 7, ada banyak hal yang harus kita perhatikan lebih dalam
lagi, karena agak sulit dimengerti. Yang pertama, mengenai Kapernaum. Kapernaum
terletak di pinggiran Danau Galilea. Kota yang sangat penting sekali karena
kota ini merupakan terletak di antara lintas perdagangan Mesir dan Syria maupun
lintas perdagangan antara Mesir dan Mesopotamia. Ketika Tuhan Yesus ditolak di
Nazaret, maka Dia memilih Kapernaum sebagai basis pelayanan-Nya (Matius 4:13). Para
nelayan termasuk Yohanes, Petrus, Yakobus bekerja di daerah Kapernaum tersebut
dan akhirnya dipanggil oleh Tuhan Yesus menjadi penjala manusia. Matius si
pemungut cukai juga bekerja di Kapernaum. Karena begitu pentingnya kota ini maka
pemerintahanRoma menempatkan beberapa tentara di kota ini dengan tujuan agar
jalannya perdagangan menjadi adil (tidak ada yang illegal) dan juga untuk memungut pajak.
Yang
kedua, mengenai siapa perwira. Dalam Alkitab bahasa Indonesia, tidak terlalu
jelas siapa perwira ini, tetapi dalam bahasa Inggris istilah yang digunakan
adalah centurion, yaitu seorang
kepala dari century. (Dalam sistem
militer orang Romawi, tentara dibagi menjadi legion-legion yang masing-masing
terdiri dari 5000-6000 orang tentara. Pada puncaknya, kerajaan Romawi memiliki 28.000
legion yang ditugaskan di tempat yang berbeda-beda. Centurion merupakan posisi yang paling penting, kepala dari seratus.
Centurion-lah yang menjalankan disiplin untuk
prajurit-prajurit di bawahnya dan menjadi tulang punggung dari tentara Romawi.
Jika gaji rata-rata tentara Romawi sehari adalah satu dinar, maka Centurion menerima 14 sampai dengan 40 kali
lipat dari itu. Centurion yang
dicatat dalam Alkitab mempunyai konotasi yang positif, misalnya centurion di bawah salib Tuhan Yesus
yang mengatakan “Dia adalah orang yang benar”. Ketika seorang centurion mengetahui bahwa Paulus akan
diculik dan dibunuh oleh orang-orang Yahudi, maka dia langsung berinisiatif
untuk menyelamatkan Paulus. Dalam Kisah Para Rasul dicatat mengenai Kornelius,
seorang yang takut akan Tuhan, dia adalah seorang centurion. Dalam Lukas 7, yang disembuhkan Tuhan Yesus adalah hamba
dari centurionYang
kedua, mengenai siapa perwira. Dalam Alkitab bahasa Indonesia, tidak terlalu
jelas siapa perwira ini, tetapi dalam bahasa Inggris istilah yang digunakan
adalah centurion, yaitu seorang
kepala dari century. (Dalam sistem
militer orang Romawi, tentara dibagi menjadi legion-legion yang masing-masing
terdiri dari 5000-6000 orang tentara. Pada puncaknya, kerajaan Romawi memiliki 28.000
legion yang ditugaskan di tempat yang berbeda-beda. Centurion merupakan posisi yang paling penting, kepala dari seratus.
Centurion-lah yang menjalankan disiplin untuk
prajurit-prajurit di bawahnya dan menjadi tulang punggung dari tentara Romawi.
Jika gaji rata-rata tentara Romawi sehari adalah satu dinar, maka Centurion menerima 14 sampai dengan 40 kali
lipat dari itu. Centurion yang
dicatat dalam Alkitab mempunyai konotasi yang positif, misalnya centurion di bawah salib Tuhan Yesus
yang mengatakan “Dia adalah orang yang benar”. Ketika seorang centurion mengetahui bahwa Paulus akan
diculik dan dibunuh oleh orang-orang Yahudi, maka dia langsung berinisiatif
untuk menyelamatkan Paulus. Dalam Kisah Para Rasul dicatat mengenai Kornelius,
seorang yang takut akan Tuhan, dia adalah seorang centurion. Dalam Lukas 7, yang disembuhkan Tuhan Yesus adalah hamba
dari centurion
Yang
ketiga, mengenai orang-orang Yahudi. Mereka benci kepada orang-orang non-Yahudi
karena dianggap sebagai kaum yang dibuang oleh Tuhan. Khususnya, mereka benci
kepada orang-orang Romawi karena menjajah tanah mereka, bahkan mengenakan
pajak. Menarik sekali melihat dalam kisah ini ada tua-tua Yahudi yang menjadi
perantara dari si centurion.
Yang
keempat, mengenai hamba si centurion.
Istilah bahasa aslinya adalah budak, bukan hamba. (Bahasa Inggris juga
menggunakan istilah servant, bukan slave, karena istilah slave sangat sensitif bagi orang-orang
Amerika yang pernah mengalami Civil War di abad ke-18 karena perdebatan
mengenai budak. Tetapi tim English Standard Bible sedang mempertimbangkan
apakah istilah slave yang akan
dipakai dalam edisi Alkitab berikutnya karena lebih sesuai dengan istilah
bahasa aslinya.) Orang Yahudi dan orang Romawi memiliki pandangan yang sangat
berbeda terhadap budak. Orang Yahudi memiliki budak non-Yahudi (tawanan perang)
maupun budak Yahudi (misalnya karena tidak dapat membayar hutang). Ada privileges yang diterima oleh para budak
dari orang-orang Yahudi : mereka tidak boleh bekerja pada hari Sabat maupun
hari raya ketika ada perayaan besar (mengingat pembebasan bangsa Israel dari
perbudakan di Mesir). Dalam konsep orang Yahudi, tidak mungkin ada budak yang
bisa jadi budak seumur hidupnya; pada tahun ketujuh, seorang budak harus
dibebaskan (kecuali dia memilih sendiri untuk menjadi budak seumur hidup).
Alasannya karena orang Israel tidak menjadi budak di Mesir seumur hidupnya,
Tuhan membebaskan mereka. Sedangkan dalam konsep orang Romawi, budak itu adalah
property, dimiliki seumur hidup. Aristotle
mengatakan : slave is just a living tools.
Orang Romawi sangat tergantung dengan budak; semua perekonowian Romawi tergantung
sekali dengan budak. Karena mereka bisa mendapatkan budak dengan murah sekali,
maka mereka lebih banyak menggunakan budak daripada tehnologi. Sekalipun
diminta mati, seorang budak harus mentaati. Tetapi menarik sekali melihat dalam
perikop yang kita baca bahwa si centurion
(seorang non-Yahudi) begitu mengasihi hambanya yang hampir mati.
Siapakah
si centurion ini? Dia adalah orang
yang takut terhadap Tuhannya orang Yahudi walau dia bukan orang Yahudi. Kita
dapat melihat karakteristik si centurion
ini : Dia menyayangi orang-orang di sekitarnya bahkan ia menyayangi budaknya
sendiri. Perwira ini juga menyayangi orang-orang Yahudi yang membenci dia.
Memang sulit bagi kita untuk bisa care
terhadap orang-orang yang berbeda dengan kita (latar belakang, ras, hobby atau apapun). Membaca Lukas 7
membuat saya bingung, siapakah yang lebih mengerti konsep mengasihi musuh :
orang Yahudi ataukah orang non-Yahudi? Kita
dapat melihat dari Lukas7:4 bahwa pernyataan bahwa orang non-Yahudi lebih
mengasihi orang Yahudi bukan datang dari orang non-Yahudi, tetapi datang dari
mulut orang Yahudi sendiri. Mengapa tidak sebaliknya tua-tua Yahudi meminta
Tuhan Yesus untuk menyembuhkan hamba si centurion
karena mereka mengasihi si centurion?
Kasih dari si centurion kepada bangsa
Yahudi membuat tua-tua Yahudi itu hormat kepadanya. Si centurion bahkan mengasihi Tuhan yang tidak bisa dia lihat, ini
kita lihat dari bagaimana dia membuat komitmen dalam pekerjaan Tuhan.
Lukas7:7
mencatat bahwa dia membantu membangun rumah Tuhan (sinagoge) di Kapernaum. Mengapa
yang membangun rumah Tuhan itu adalah orang non-Yahudi, bukan orang Yahudi? Satu
prinsip yang harus kita pegang : kalau
kita memang mengasihi Tuhan, bukan hanya di mulut kita saja tapi di mana
komitmen kita? Apa yang kita lakukan untuk Tuhan? Ibadah bukan hanya satu kali
seminggu di gereja, tetapi keseluruhan hidup kita adalah dibadah di hadapan
Tuhan. Hidup kita adalah coram deo,
hidup di hadapan Tuhan. Orang Kristen sering mencari hal-hal yang paling
gampang : gereja yang paling gampang, dosen yang paling gampang. Jika demikian,
bagaimana kita bisa berjuang untuk pekerjaan Tuhan? Harus ada sacrificial worship (bukan easy worship). Mengapa harus satu orang
yang bukan yahudi ini harus menanggung untuk membangun bait Allah? Mengapa
bukan orang-orang Yahudi lainnya yang ada di Kapernaum? Kita sebagai orang Kristen
harus belajar berkorban untuk perkerjaan Tuhan. Ada yang dipanggil untuk berkorban dalam hal uang, ada yang berkorban
dalam hidup untuk menjadi hamba Tuhan. Ada orang yang sibuk bekerja, sampai
seolah-olah dirinya dimiliki oleh perusahaan, lalu kapan mau bekerja buat
Tuhan? George Barna mengatakan : mereka yang regular (1 bulan 1 kali) ke gereja
di Amerika, hanya ada 37% tidak pernah memberikan 10 sen pun untuk Tuhan dan di
antara semua orang Kristen di Amerika, hanya 3-4 persen saja yang memberikan
persepuluhan.
Apakah
karena 2 hal ini (karena cinta perwira terhadap orang-orang di sekitarnya dan
cinta dia terhadap Tuhan) maka orang tersebut patut untuk ditolong Yesus? Bagi
orang-orang Yahudi : iya (Lukas 7:4). Calvin dalam eksposisi bagian ini mengatakan
betapa ironisnya! Ini adalah orang-orang Yahudi yang menolak Tuhan Yesus namun sekarang
malah mengatakan perwira itu layak ditolong.
Dalam
hal ini kita bisa mempertanyakan, apakah tua-tua orang Yahudi tersebut
benar-benar mengerti siapakah Tuhan Yesus itu, karena jika ya, maka tidak
mungkin mengatakan dia (si perwira) layak untuk Tuhan tolong. For there is nothing God has to do for you and
for me. Jadi dalam hidup kita jika kita melakukan sesuatu untuk Tuhan lalu
menuntut Tuhan juga harus melakukan sesuatu untuk kita, maka berarti kita belum
mengenal siapakah Tuhan kita.
Siapakah
Kristus menurut perwira ini? Walau ahli-ahli Taurat menyamakan Yesus dengan
Imam Besar, walaupun Yohanes Pembaptis masih mempertanyakan apakah Yesus adalah
Sang Mesias, tetapi perwira ini mengetahui bahwa Yesus adalah Tuhan dan Yesus
adalah Mesias yang dikirim oleh Tuhan. Di mana kita lihat hal itu? Pertama, karena
perwira ini mengatakan bahwa Yesus tidak layak datang ke rumah perwira ini. Dalam
tradisi Yahudi, jika orang Yahudi datang ke rumah orang non-Yahudi, maka ia
menjadi dicemarkan, menjadi najis. Perasaan ketidaklayakan ini bukan hanya
karena tradisi Yahudi, tetapi karena dia tahu siapa Kristus itu. Dalam Lukas
7:6, si perwira memanggil Yesus dengan sebutan “Tuan” (dalam bahasa Grika :
kurios). Si perwira yang biasanya dipanggil oleh bawahannya sebagai ‘tuan’,
sekarang di hadapan Kristus dia reverse,
memanggil Kristus sebagai “Tuan”; Yesus adalah Tuan dan dia adalah hamba.
Filipi
2:5-8 mengatakan mengenai Kristologi. Kita mengenal ayat Alkitab ini tetapi
kita tidak pernah tahu ayat berikutnya mengenai the Lordship of Christ in our lives. Ayat 10-11 mengakhiri bagian
ini dengan mengatakan “supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada
di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala
lidah mengaku : “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!” Jika kita mengenal Kristus, maka itu akan
memimpin kita pada lordship of Christ.
Kita adalah budak dan Kristus adalah Tuan kita, si perwira mengerti hal ini.
Yang
kedua, karena perwira tersebut itu mengatakan “katakan saja maka hambaku akan
sembuh”. Dari mana sang perwira itu mengetahui Kristus mampu melakukan hal
tersebut? Dalam Perjanjian Lama tidak
ada orang yang menyembuhkan dari jauh hanya dengan berkata-kata. Karena dia
mengerti bahwa Yesus adalah Tuhan.
Menjelang
Natal, marilah kita menyadari ketidaklayakan diri kita untuk menerima Kristus
yang datang mencari kita. If you put
Christmas with that kind of understanding, then you truly understand who Christ
is. Kristus adalah Tuhan dan kami tidak layak menerima apapun dalam
perjalanan hidup ini. (YP)
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)